Minggu, 22 Mei 2011

Buku Antik Tay Beng Kie Hiap 1







Buku Antik Tay Beng Kie Hiap 1
Goedang Tjerita Tahoen Ka 3 Tgl 25 October 1932

Buku antik ini berisi beberapa cerita :
- Tay Beng Kie Hiap 1 oleh Kwo Lay Yen
- Bin Soe Boe - Satoe Goeroe Sekola Loewar Biasa, Oleh Kwo Lay Yen
- Siao Lim Lie Hiap oleh I Hoh Hoh Sianseng
- Orang Toewa Penjoewal Minoeman oleh Kwo Lay Yen

Serial Goedang Tjerita no. 30
Terbit Tanggal 25 October 1932
Terbit Tetap Saboelan Sekali
Penerbit : Elect. Drukkery Minerva Bandoeng
Harga : Rp 35.000,-

Kwo Lay Yen atau Tan Tek Ho
Kwo Lay Yen adalah generasi pertama penerjemah cerita silat. Kwo Lay Yen atau Tan Tek Ho lebih dikenal memiliki beberapa nama samaran: Kwo Lay Yen (Si Mahir), Bong Kok No (Budak Tanpa Negara) dan Hoh Hoh Sianseng (Tuan Harmoni).

Ia lahir di Bandung pada 1894. Tek Ho menempuh pendidikan dasar di Bandung dan Batavia, kemudian melanjutkan ke Nanking (Nanjing). Kembali ke Indonesia ia menjadi wartawan Sin Po. Pada 1920-an menjadi Redaksi Kepala (Hoofd-redacteur) untuk Sin Po Oost-Java Editie.

Sesudah Oost-Java Editie ditutup, ia kembali ke Bandung dan sepenuhnya menjadi penerjemah cerita silat. Karya terjemahannya yang membuat dia terkenal adalah Riwajat Djago Silat karya Siang Khay Yan (Xiang Kairan) dan Tai Beng Kie Hiap karya Sie Leng Hong (Xi Lingfeng).

Ia mengepalai berkala Goedang Tjerita (Bandung, 1929) yang kemudian diambil alih sepenuhnya dan diganti namanya menjadi Tjerita Silat pada 1932. Ketika Jepang masuk, ia ditahan di Sukamiskin, kemudian di Cimahi dan baru bebas ketika Jepang jatuh.

Salah satu terjemahan Kwo Lay Yen terbaik adalah Tjoe Bo Kim So karya The Tjeng In (Zheng Zhengyin) yang dimuat di Goedang Tjerita sejak 1948. Ia meninggal di Bandung pada 1949.

Ia menguasai aktif bahasabahasa Belanda, Cina, Inggris dan Melayu. Karena pengalamannya sebagai wartawan, maka hasil terjemahannya mengalir dengan lancar dan lebih ketat mengikuti kaidah Bahasa Indonesia daripada Melayu (Rendah).

Hanya saja penguasaannya atas dialek Hokkian sangat kurang. Ini tampak dari nama samaran yang digunakannya lebih banyak menggunakan ejaan nasional daripada Hokkian.

Selama hidupnya ia telah menerjemahkan lebih dari 50 judul cerita silat dan selusin novel Eropa.

dari : ruangbaca.com
BOOKED

Tidak ada komentar:

Posting Komentar